Tugas Upakara
“SESAYUT
DUURMENGGALA”
![]() |
OLEH :
I GUSTI BAGUS PURNAMA (141 111 24)
WINDARIYANTI (141 111 15)
NI PUTU RARA AMIATI (141 111 33 )
KADEK JONI (141 111 20)
PUPUT KRISNA MURTI (141 111 34)
DIANAWATI (141 111 35)
IDA BAGUS EKA SARAS WEDA (141 111 19)
NI NYOMAN SUATI (141 111 37)
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI
AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2017
SESAYUT DUURMENGGALA
A.
Pengertian dan Fungsi Sesayut Duurmenggala
Duurmenggala berasal dari kata duur yang berarti
menjauhkan dan menggala yang berarti unek – unek. Banten duurmenggala adalah
sesajen yang hampir sama fungsinya dengan byakala sebagai korban ritual yang
ditujukan kepada kekuatan alam/bhuta kala yang mungkin menimbulkan gangguan
atau bencana. Ritual ini digunakan sebagai penyucian awal terhadap bangunan
baru selesai, dalam diri manusia upacara ini untuk menguatkan kembali perasaan
manusia ketika ada bencana alam atau mengalami kejadian yang dianggap mencemari
kehidupan.
Ciri utama banten duurmenggala disebutkan warna
hijau atau slepan sebagai panugrahan dari Dewa Wisnu dalam wujudnya sebagai
Bhagawan hari penguasa air. Pada diri manusia banten duurmenggala bertujuan
untuk membersihkan atau mensucikan perkataan. Dalam bhuana agung untuk
mensucikan Bwah Loka dan dalam pelaksanaannya dijalankan kearah dada.
B.
Bagian – Bagian Sesayut Duurmenggala
1.
Kulit Sesayut

Kulit sesayut melambangkan hidup di dunia sekala
ini diusahakan dengan cara bertahap dengan rencana yang matang menuju tujuan
yang semakin baik, sejalan dengan kata sesayut yang berasal dari kata ayu yang
berarti kerahayuan.
2.
Raka – raka
dan Jajan

Cemper berisi buah – buahan seperti tebu, jeruk,
pisang, salak, timun dan lain – lain serta jajan.
3.
Pesucian atau
kri keramas

Pesucian berupa taled cemper berbentuk segi empat
berisi lima clemik yang berada di atas bawah, kiri kanan, dan tengah. Clemik
yang paling atas berisi tepung beras/tawar, clemik sebelah kanan berisi kapas
dan minyak wangi, clemik bagian bawah berisi daun dapdap ditumbuk, clemik
sebelah kiri berisi jajan metunu atau sigsig, dan clemik paling tengah berisi
serbuk cendana. Terdapat juga tetuasan suwah jungkas, takir berisi air, bunga
dan canang diatasnya.

a.
Clemik atas
berisi tepung tawar adalah sebagai kekuatan sang Hyang Iswara untuk memohon
penyucian mengenai sebel kandel, letuhing jagat dan sarira.
b.
Clemik kanan
berisi lenga wangi adalah simbol kekuatan Sang Hyang Brahman, untuk memohon
penyucian kehadapan beliau mengenai berbagai macam bentuk yang bersifat wigna.
c.
Clemik bawah
berisi daun dapdap yang ditumbuk, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang
Mahadewa untuk memohon penyucian kehadapan beliau mengenai segala akibat dari
perbuatan satru atau kejahatan.
d.
Clemik kiri
berisi Sigsig adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu untuk memohon
penyucian mengenai gering sasab merana.
e.
Clemik pada
bagian tengah berisi buratwangi sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Siwa untuk
memohon penyucian kehadapan beliau mengenai segala kekotoran bathiniah.
4.
2 buah
tumpeng berwarna hijau berbentuk segitiga simbol gunung

5.
2 buah Limas
berisi sambal garam (limas 1) dan berisi kacang saur, teri (limas 2)

6.
Penyeneng

Penyeneng adalah merupakan permohonan kehadapan
Ista Dewata agar beliau bersthana di tempat pemujaan. Dalam Tri Bhuwana fungsi
upakara ini sebagai kekuatan Rwabinedha untuk menciptakan keseimbangan antara
bhuana agung dan bhuana alit. Penyeneng berisi benang, beras, minyak wangi,
jajan metunu dan daun dapdap ditumbuk.
7.
Banten
Sorohan Alit
Yang terdiri dari peras, sayut dan
tulung.
a.
Peras, berisi
benang, beras, uang bolong, base tampel, jajan, buah, tebu, satuh, 2 tumpeng
kecil, clemik berisi kacang saur dan sampyan peras. Talednya menggunakan ceper
dan aled peras

·
Taledan
simbul catur loka.
·
Kulit peras
simbul panca maha butha (kekuatan dunia)
·
Sampian
simbul alam fana dan alam baka disatukan menjadi tunggal melalui catur yoga
·
Kojong
rangked simbul Tri kona cerminan Tri Guna
·
Jaja Begina
merah putih simbul permohonan bersifat purusa dan pradana
·
Jaja uli
simbul permohonan kedamaian
·
Tebu simbul
permohonan amertha
·
Buah-buahan
simbul permohonan agar dianugrahi sesuai dengan karma (pahala)
·
Porosan
simbul permohonan agar silih asih antar makhluk ciptaan-Nya
·
Tumpeng
simbul gunung cerminan kekuatan purusa.
b.
Sayut,
alednya bundar berisi jajan, pisang, tebu, nasi mepenek bundar 2, clemik berisi
kacang saur, sampyan sayut.

c.
Tulung, aled
berbentuk segitiga seperti segehan berisi 3 tulung, berisi nasi, kacang saur,
dan garam.

8.
Sampyan Naga
Sari memiliki makna sebagai permohonan sarining amertha kepada Sang Hyang
pencipta atau inti sarining Amertha.

9.
Bungkak
Kelapa Hijau sebagai simbul Sang Hyang Wisnu untuk menyucikan pikiran dan
menjauhkan dari segala macam masalah negatif. Kelapa dijadikan simbul bhuana
agung dalam lontar yajna prakerti disebut Andha Bhuana (perwujudan alam).
Khususnya kelapa hijau di utara permohonan kepada dewa Wisnu dalam wujudnya
sebagai penguasa air.

10. Betutu ayam/telur asin/terasi
11. Isuh-isuh (aled cemper) berisi sapu kecil,
sambuk/sabut kelapa diikat lidi dan benang merah. Isuh-isuh sebagai simbul
untuk membersihkan bhuana agung dan bhuana alit.

12. Tempat tirtha (tekor)
13. Bubu (lis basang-basang) berisi tipat tulud, tipat
pusuh, tangga naik dan tangga turun, jan sapi (tangga), jendela, basang-basang
kiri, kanan dan tengah, daun tulad, sisih, lilit linting, busung dan semat.

Keterangan:
a.
Tipat pusuh
simbul jantung
b.
Isuh-isuh
basang muda sebagai simbu usus muda
c.
Isuh-isuh
basang wayah simbul usus besar
d.
Siku-siku
sebagai simbul lambung
e.
Tangga menek
tangga tuwun sebagai usus 12 jari
f.
Tangkar
lawangan sebagai simbul paru-paru
g.
Isuh lejer
simbul limpa
h.
Tipat
tulud/sesapi simbul hati
i.
Iga sibak
simbul pankreas
j.
Iga bungkulan
simbul empedu
k.
Bungsil
simbul anus
l.
Kekreb simbul
jejaringan
m.
Isuh pusut
simbul usus buntu
n.
Tipat lepas
simbul ginjal
o.
Tipat lasan
simbul puser atau pungsed

Tidak ada komentar:
Posting Komentar